BOCA88 - Namaku Lia. Usiaku baru menginjak 24 tahun saat ini dan sudah menikah 2 bulan yang lalu. Aku akan menceritakan pengalamanku saat aku masih kuliah 2 tahun yang lalu. Waktu itu aku seorang mahasiswi yang aktif dibidang senam lantai. Wajahku bisa dibilang cukup cantik dan bodiku memang sangat aduhai dengan bokong yang bulat, pinggang yang ramping dan buah dada yang besar, ukuran 36B. Banyak cowok-cowok yang suka menggodaku, tapi aku tidak pernah memperdulikan mereka karena aku lebih memilih untuk fokus belajar dan mengasah kemampuan senam lantaiku.
Saat itu, ada perlombaan senam lantai antar universitas yang diadakan oleh sebuah ajang olahraga. Aku dipilih sebagai salah satu perwakilan kampus kami. Ibu Darnia adalah pelatih yang biasa melatih kami. Namun karena ini perlombaan cukup bergengsi, pihak kampus mendatangkan seorang pelatih profesional untuk melatih aku dan kedua temanku.
Pertama kali aku berjumpa dengan pelatih baruku itu, aku cukup takut padanya, karena mukanya yang agak masam dan orangnya galak sekali. Klo dilihat, pak Endo memang ganteng, namun dia sering memasang muka masam sehingga aku menjadi takut padanya.
Aku dan kedua temanku dilatih dengan sangat keras. Pak Endo tidak segan-segan memaki kami jika ada gerakan kami yang dianggapnya kurang sesuai atau kurang bagus. Kami biasanya berlatih sampai larut malam dari jam 9 hingga jam 11 malam.
Diruang senam hanya ada kami berempat saja. Saat selesai berlatih, pak Endo mempersilahkan kedua temanku untuk pulang dan dia menyuruhku untuk tinggal karena ada hal yang ingin dia bicarakan denganku. Setelah selesai mengganti baju senam ku, aku pun menghadap ke pak Endo untuk berbicara padanya. Jujur aku sedikit takut hanya ngobrol berdua dengannya. Aku takut dia memarahiku karena memang banyak gerakan ku yang selalu dikomplainnya.
Pak Endo duduk di meja, sementara aku duduk dikursi yang memang disediakan untuk pelatih. Pak Endo memulai pembicaraan.
"Lia.. kamu tahu gak kenapa saya suruh kamu jangan pulang dulu"
"Saya tidak tahu pak, ada apa ya pak klo boleh tahu?"
"Kamu itu payah.. tahu??? Gerakan kamu itu masih kaku... Kok bisa sih kamu dipilih jadi perwakilan kampus? Hah??"
Aku diam, menunduk dan menangis mendengar kata-kata pak Endo yang menghina diriku. Kemudian pak Endo melanjutkan omongannya.
"Klo kayak begini, kampus kita bisa kalah tahu kamu??"
"Maaf pak.. Jadi saya harus bagaimana pak?"
"Kamu saya kasih les private. Kamu harus mau dan gak boleh nolak. Les dimulai jam 10 malam sampe jam 11, jadi waktu pulang kamu tetep jam 11. Ngerti gak kamu?"
"Iya saya mengerti pak."
"Besok kita mulai lesnya, siapin mental kamu. Akan saya habiskan kamu jika kamu masih gak bisa. Paham??"
"Baik, saya paham pak."
"Oke... sekarang kamu boleh pulang."
Kemudian aku beranjak dari kursi yang kududuki dan bergegas untuk pulang. Kata-kata pak Endo terus mengiang-ngiang dikepalaku. Aku jadi makin takut dengan les private yang besok mulai dia berikan padaku.
Esoknya, jam yang ditunggu-tunggu pun datang. Tepat jam 10, tinggal aku dan pak Endo yang berada diruang senam. Kemudian pak Endo memulai les Privatenya.
"Kamu berdiri, trus angkat kaki sebelah kanan kamu lengket ke kuping kamu."
Aku pun menuruti perintah pak Endo. Aku sedikit malu karena posisi ini membuat baju senamku terasa ketat di bagian selangkanganku. Gundukan dan lipatan vaginaku kelihatan jelas, mungkin pak Endo juga melihatnya. Kemudian pak Endo memperbaiki posisi kakiku yang kelihatan tidak lurus. Tangan pak Endo yang satunya berada di pahaku, lalu dia putar balik tepat berada didepan ku. Kemudian dia berbalik ke belakangku. Tiba-tiba aku merasakan tangan pak Endo berada tepat di kedua payudaraku. Dia meluruskan dadaku. Aku hanya bisa diam diperlakukan begitu. Aku menjadi semakin takut sehingga pikiran ku melayang-layang gak karuan.
Baru berdiri kurangg dari 1 menit, aku sudah sempoyongan dan hampir jatuh. Dengan sigap pak Endo menahan tubuhku. Aku dibuatnya berdiri dengan posisi semula tetapi aku merasa jari tangan kanannya sudah berada dibagian paha dalamku. Aku tidak berani berkata ataupun teriak. Aku hanya bisa diam saja.
Tiba-tiba pak Endo jongkok pas didepan vaginaku. Dia menyeruak baju senam ku sehingga vaginaku nyembul keluar. Aku spontan menurunkan kakiku dan berusaha menutupi vaginaku dengan tangan.
"Kamu mau saya latih atau kamu mau buat malu kampus??" tanya pak Endo.
Aku diam saja. Lalu dia memposisikan tubuhku ke posisi semula. Dia kembali ke aksinya tadi. Tanpa segan-segan, dia meraba kemaluanku dan mengosok-gosok vaginaku, dari lipatan bibir vagina sampai menuju lubang vaginaku dengan jari. Aku hanya bisa mencoba menahan serangan yang dia lakukan dan tetap dalam posisi berdiri dengan satu kaki. Aku merasa deruan nafas pak Endo dekat sekali dengan vaginaku. Aku mencoba melihat kebawah dan ternayata pak Endo sudah mendaratkan lidahnya di vaginaku. Aku merinding dan tubuhku berguncang karena diperlakukann begitu.
"Baru begitu saja kamu gak mampu tahan, bagaimana bisa mewakili kampus?? Berdiri aja kamu gak mampu Liaa..."
Sambil menangis aku menjawabnya "Baik pak... saya akan melakukan yang terbaik yang saya bisa."
"Bagus"
Kemudian pak Endo kembali menjilati vaginaku. Sejujurnya aku merasa nikmat juga atas jilatan-jilatan lidahnya divaginaku, namun aku harus mempertahankan posisi berdiriku agar tidak jatuh.
Kemudian pak Endo berdiri dan mengeluarkan kedua payudaraku dari baju senamku. Dia menjilati puting susuku sambil meremas payudaraku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Pak Endo menciumi bibirku, tetapi aku menutup mulutku rapat-rapat. Ditekannya wajahku dengan tangannya kuat-kuat sehingga mau tak mau aku membuka mulutku dan membiarkan dia menjelajahi mulutku. Puas dengan perlakuannya, kemudian pak Endo memintaku untuk mengganti posisi berdiriku.
"Sekarang kamu berdiri dengan kaki kiri kamu keatas bentuk huruf T melintang."
Aku pun menurutinya. Kepalaku sedikit pusing karena posisi ini.
Tanpa ba bi bu, pak Endo mengeluarkan penisnya dari celana olahraganya dan menyodorkannya dimulutku.
"Emut ini, biar kepala kamu terlatih nanti."
Aku gak mau dan menutup rapat-rapat mulutku. Kemudian dia menjepit hidungku sehingga aku kewalahan membuka mulut untuk bernafas. Hap... penis pak Endo berjaya masuk kemulutku. Disuruhnya aku untuk mengulum penisnya itu. Aku tidak merespon perintahnya, namun yang kudapat, dia mencolokkan jarinya kedalam vaginaku. Aku meringis menahan sakit, mau tak mau aku pun mulai mengoral penisnya. Dia menjambak rambutku dan memaju mundurkan kepalaku. Cukup lama aku mengoralnya namun dia tak juga orgasme.
Tiba-tiba pak endo memegang kakiku dan menghujamkan penisnya divaginaku, aku menjerit dan menangis menahan sakit.
"Ahhh... Sakittt... Tolong jangan pak..."
"Jangan perkosa saya pak... Saya bisa menuntut bapak jika bapak memperkosa saya."
"Hah? Kamu mau lapor polisi?? Ada yang percaya sama kamu?? Ada yang lihat saya perkosa kamu?? Dari mana buktinya?? Saya akan hamilin kamu jika kamu banyak ngomong lagi. Kamu tahukan klo ini latihan private?? Kamu sendiri yang menerima. Saya memang sedang mengajari kamu kan??"
Mendengar hal itu, aku semakin pasrah dan hanya bisa menangis. Pak Endo kembali berusaha memasukkan penisnya kelubang vaginaku. Agak susah masuk memang karena aku masih perawan saat itu. Kemudian dia kembali menjilati vaginaku. Dijilatnya klitorisku yang membuat aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa. Tanpa ku sadari, aku mulai menikmati pemerkosaan ini.
Jilatan pak Endo divaginaku membuat aku merasa diawang-awang, tanpa sadar posisi kami sudah dilantai dengan posisi aku setengah terlentang. Kuresapi setiap jilatan pak Endo diklitorisku. Sekali-kali klitorisku dihisap-hisapnya dan dimain-mainkannya dengan ujung lidahnya. Tangannya juga meremas-remas payudaraku. Puting susuku dipilin-pilin dan dipelintir-pelintirnya seperti sedang mencari siaran radio.
"Aaahhh...Ahhh..." aku mendesah keenakan.
Birahiku memuncak. Baru pertama kali aku merasakan hal ini. Aku seperti terbuai atas kenikmatan yang kurasakan sekarang ini.
Kemudian pak Endo bangkit. Dia jongkok tepat ditengah kedua pahaku. Baru kali ini aku melihat dengan jelas penis pak Endo yang kelihatan sangat besar sekali dan panjang. Urat-urat di penisnya kelihatan jelas. Dalam hidupku, baru kali ini aku melihat penis laki-laki secara langsung. Pak Endo menggesek-gesekkan penisnya divaginaku dan kemudian berusaha memasukkan penisnya kedalam.
"Auuhh.. sakitt... pelan-pelan pak..."
"Kamu tahan sedikit... nanti klo uda masuk semuanya, pasti nikmat banget." katanya padaku.
Sedikit demi sedikit penis pak Endo mulai masuk kedalam vaginaku. Sakit sekali rasanya. Seperti ada benda yang sedang berusaha menyobek vaginaku menjadi 2 bagian. Aku berusaha menahan sakit yang kurasa dengan menggigit bibirku. Pak Endo meremas payudaraku sambil dijilatnya putingku, sementara dibawah sana penis pak Endo sudah masuk setengah lebih. Dengan sekali tekan penis pak Endo amblas semuanya di vaginaku.
"Aauuuu... sakittt...." jeritku.
Pak Endo mendiamkan penisnya didalam vaginaku, sementara dia asik menghisap kedua putingku secara bergantian. Aneh sekali rasanya, didalam vaginaku rasanya seperti diganjal oleh benda yang sangat besar. Kemudian pak Endo mulai menarik penisnya keluar dan pelan-pelan dimasukkan kembali. Ku lihat ada darah perawanku diujung penis dan batang penis pak Endo.
Rasa sakit yang kurasakan mulai hilang berganti menjadi rasa nikmat. Gerakan pinggul pak Endo yang menghujamkan penisnya kedalam vaginaku terasa semakin cepat dan intens. Aku hanya bisa mendesah keenakan.
"Aaahhh... SShhhtt... Ahhh... Ooouhhhh..."
"Emmm... Akkhh... ahhh..."
Semakin lama semakin nikmat rasanya. Pemerkosaan ini malah kunikmati dan tanpa sadar mulutku terus mengeluarkan desahan-desahan kenikmatan. Kemudian pak Endo memintaku untuk berganti posisi. Pak Endo tidur terlentang sementara aku disuruhnya untuk mengambil ahli permainan. Penis pak Endo yang sangat besar dan tegak berdiri itu ku raih dengan tangan ku dan kemudian ku pandu menuju lubang vaginaku. Ujung penis pak Endo sudah masuk kelubang vaginaku, aku mendiamkannya sesaaat. Mungkin karena aku diam dan tidak melanjutkannya, pak Endo memegang pinggulku dan dia mengarahkan penisnya keatas untuk memasukkan penisnya semua kedalam vaginaku.
"Aauuuu... Ahhh..."
Dengan sekali sodokan mantap, penis pak Endo sudah masuk semuanya didalam vaginaku. Pak Endo menggerakkan pinggulnya keatas dan kebawah. Rasanya sungguh nikmat sekali. Aku mengimbangi gerakan pak Endo dengan memaju mundurkan vaginaku.
"Ahhh... Nikmat sekali pak... Ahhh..."
Kemudian pak Endo memelukku sambil terus menghujamkan penisnya dengan cepat. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hendak keluar dari dalam tubuhku. Saraf ditubuhku rasanya semakin kencang dan aku menggeliat-geliat. Akhirnya aku orgasme.
"Aaaaahhhhh..... Hhmmmm..... Aakkkhhh...."
Aku ambruk diatas tubuh pak Endo. Sementara pak Endo terus menggenjot vaginaku dengan cepat. Puas dengan posisi itu, pak Endo kemudian bangkit dan menunggingkan pantatku. Dari belakang, pak Endo menyetubuhiku. Kembali dimasukkannya penisnya dan digenjotnya vaginaku dengan kencang. Aku berteriak gak karuan karena posisi ini membuat penis pak Endo mentok banget divaginaku. Saking mentoknya sampai aku merasa tidak tahan.
"Ahhh... Ouhhh... Aaahhhhh... Uhhh... Terus pak... Aaaahhhhh..."
Pak Endo terus memompa vaginaku dengan cepat. Aku merasa akan orgasme lagi.
"Aaaahhhh... Lia mau keluar pak... Tusuk yang dalem pak... Aaahhhhh...."
Aku pun orgasme untuk yang kedua kalinya. Pak Endo terus saja memompa vaginaku.
"Lia... Saya mau sudah mau keluar..."
Pak Endo mempercepat gerakannya dan hujaman penisnya juga semakin lama semakin dalam sehingga membuat ku merasa akan orgasme lagi.
"Lia juga mau keluar lagi pak... Aaaahhh...."
"Aaaakkkkhhhhhh...."
Desahan panjang kami berdua menandakan kami sama-sama telah mencapai puncak kenikmatan. Pak Endo menyemburkan seluruh spermanya didalam vaginaku, terasa hangat sekali didalam. Pak Endo pun merebahkan diri disampingku. Ku peluk tubuh pak Endo.
"Bagaimana Lia, kamu masih mau laporin saya?" tanya pak Endo.
"Emm... Tidak pak. Saya gak akan lapor asal bapak gak ngomong kesiapa-siapa juga"
"Saya akan latih kamu sampai kamu menjadi juara, tapi kamu juga harus melayani saya setiap latihan."
"Baik pak... Demi kampus ini, saya tidak keberatan jika harus melakukan ini."
Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 dan kami pun membersihkan diri untuk segera pulang.
Selama menjalani les private, aku dan pak Endo selalu melakukan hubungan seks. Aku menjadi semakin tergila-gila dengan seks yang diberikan pak Endo. Aku tidak bisa hidup tanpa penis pak Endo. Walau juara sudah kudapatkan, aku dan pak Endo masih tetap melakukan hubungan seks tersebut dan akhirnya aku dan pak Endo memutuskan untuk pacaran dan menikah. Sekarang pak Endo adalah suamiku yang selalu memuaskan ku diranjang. TAMAT....