PAIR88 - Suamiku adalah seorang karyawan yang memiliki banyak aktivitas sehingga dia selalu memanggil tukang pijat untuk memijat dirinya. Suamiku setiap malam minggu mendatangkan tukang pijat langgannya kerumah. Namun setelah mengenal Pak Jono, semua menjadi berubah. Tidak suamiku saja yang tambah segar akan service Pak Jono, aku pun menuai kepuasan tiada tara dengan kehadiran dia di rumahku. Hingga perselingkuhan itu pun terjadi.
Aku adalah seorang isteri dan kami mempunyai dua orang anak. Anakku yang pertama sudah kelas 1 SMP sedangkan yang kedua kelas 1 SD. Aku sering nungguin anakku yang kedua di sekolahnya, terutama waktu olahraga. Guru olahraga anakku bernama Pak Jono. Dia suka sekali bercanda. Tubuhnya tinggi, kurang lebih 175 cm dan berbadan besar dan kekar. Warna kulit agak hitam. Dia baru saja bercerai dengan isterinya 4 bulan yang lalu. Jadi dia seorang duda. Selain dia guru olahraga, dia pun pintar memijat. Banyak guru lain minta dipijat olehnya.
Ketika olahraga, seperti biasanya dia memakai celana training. Sambil menunggu anakku aku memperhatikan dia yang sedang olahraga bersama murid-murid kelas 1. Begitu aku memperhatikan diantara selangkangannya aku lihat tonjolan yang memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku, wuiih panjang dan besar sekali barangnya. Suamiku hobi dipijat. Tukang pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra.
“Guru olahraga disekolah anak kita pintar memijat, ngerti urat lagi kataku. Coba saja pa!” kubilang pada suamiku.
“Boleh juga kita panggil ke sini malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam ma?” tanya suamiku.
“Enggak tahu pa.. Coba aku tanyakan besok ya pa” jawabku.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolahan dan bertemu dengan Pak Jono. “Pak, mau enggak mijetin suami saya?” tanyaku. “Tapi kalo bisa malam hari, Pak.”
“Boleh juga asalkan ongkosnya mahal” katanya sambil bercanda.
Setelah suamiku pulang dari kantor, sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Jono mau.
“Boleh panggil ke sini tapi malam sekitar jam 22.00 ya ma.” kata suamiku.
Sampai waktu yang ditentukan Pak Jono datang ke rumahku. Dia ngobrol dengan suamiku sambil bercanda sehingga baru saja kenal, suamiku merasa akrab dengannya. Aku duduk di dekat suamiku menemaninya. Kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang tamu. Mulailah suamiku dipijat oleh Pak Jono sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak Jono banyak ngebanyol karena memang dia hobi bercanda. Aku nonton TV sambil tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin obrolan Pak Jono dan suamiku. Suamiku mulai bercerita agak serius dengan suara pelan-pelan.
“Aku ini tidak kuat dalam hubungan seksual. Kenapa ya? Jadinya isteriku suka marah-marah kalau hubungan intim. Kalau Pak Jono bagaimana dengan isteri Anda?”
“Saya sekarang duda sudah 4 bulan. Kalau dulu sebelum cerai saya kebalikan bapak. Istri saya kewalahan dengan kemampuan saya sampai dia minta cerai.”
“Wah, hebat kamu ini, Pak.”
Pak Jono yang biasanya suka bercanda mulai berbicara serius.
“Mungkin Bapak terlalu lelah, atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan pendek. Bapak urut yang membesarkan dan memanjangkan saja. Saya hanya bisa mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan membesarkan aku tidak bisa.” katanya pada suamiku.
“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong.” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi.” kata Pak Jono berusaha meyakinkan.
“Pak Jono pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.
“Saya tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan diameternya 4,5cm pak.” jawab Pak Jono sambil tertawa.
“Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm diameternya 2,5cm.”
Mendengar obrolan suamiku dan Pak Jono aku berkata dalam hatiku. “Wuiih.. besar dan panjang sekali punya Pak Jono, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun. Aku jadi berkhayal, kalau seandainya... Wah, nikmat sekali..
Setelah mereka selesai aku pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku.
“Bagaimana, pa? Cocok enggak pijet ama Pak Jono?” tanyaku setelah Pak Jono pulang.
“Wah bagus sekali, lebih bagus daripada langganan papa. Sekarang papa mau langganan sama Pak Jono saja. Papa sudah bilang kalau papa mau pijet tiap malam minggu. Kalau mama mau juga boleh, coba malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya enteng dan enak sekali.” kata suamiku
“Aku mau, tapi malu pa, nanti dia cerita di sekolahan.”
“Ya enggak sih, nanti kita bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.”
Keesokan harinya aku ketemu Pak Jono. Sambil tersenyum, dia langsung bertanya padaku.
“Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak dengan pijetan saya?” tanya Pak Jono padaku.
“Cocok sekali pak... Malam minggu depan bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.”
“Ya bu.. Bapak sudah bilang sama saya.”
Setelah suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Jono, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suamiku. Punya suamiku lemes, barangnya kecil dan pendek dan tidak tahan lama. Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Jono. Aku berkata dalam hati, barang Pak Jono pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 150 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin merasakan. Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.
Malam ini malam minggu, Pak Jono akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam menunjukkan 21.30. Tak lama kemudian Pak Jono datang. Suamiku mempersilahkan dia masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau juga dipijat malam ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke orang lain. Pak Jono menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.” Suamiku mulai diurut. Kurang lebih jam 23.00 suamiku selesai diurut. Sekarang giliran aku yang akan diurut. Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV. Aku mulai tengkurep, hatiku dag-dig-dug. Pak Jono mulai menyingkap kain sarungku di bagian betis dan memegang betisku sambil mengurut pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan Pak Jono, karena sebelumnya aku membayangkan sesuatu yang nikmat. Kini Pak Jono membisu seribu bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan berhumor, mungkin menikmati pandangan terhadap betisku yang mulus. Maklum dia sudah menduda 4 bulan. Semakin merinding dan berdebar-debar hatiku ketika Pak Jono meletakkan kakiku ke pahanya.
Sambil mengurut dia maju sedikit demi sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya sehingga terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras. Dengan suara pelan dan terpatah-patah Pak Jono bertanya. “Paha ibu mau diurut?” “Ya pak, memang di bagian itu agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak” aku pun menjawab dengan suara pelan.
Pak Jono mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku. Ketika Pak Jono mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Jono pun meningkatkan rangsangannya, terasa dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku. Semakin timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Jono membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini dia mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsangannya semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Jono tahu kalau aku terangsang, aku juga tahu kalau Pak jono juga terangsang. Aku berkata dalam hatiku: sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Jono untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat apakah suamiku sudah tertidur atau belum.
Ketika Pak Jono menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya: “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.” Ketika keluar dari kamar, aku melihat suamiku tertidur pulas mungkin karena lelah seharian dan habis diurut. Di kamar mandi aku berkata dalam hati. Kalau nanti sarungku disingkap sampai ke selangkanganku dalam posisi terlentang, pasti Pak Jono akan melihat bulu jembutku. Dia akan semakin terangsang. Aku menginginkannya meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke lobang vaginaku. Setelah masuk ke kamar, aku bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Jono semakin bersemangat.
Kini aku terlentang di hadapan Pak Jono. Dan Pak Jono tidak was-was lagi. Dia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil menggigit bibirku. Pak Jono mulai memijat lagi. Di pijatnya betis depanku kemudian ke pahaku. Pijatannya terus naik ke paha bagian dalamku. Aku diam dan menikmati setiap sentuhan tanggannya di pahaku. Saat memijati paha bagian dalamku, terasa jari Pak Jono menyelip masuk ke celana dalamku. Entah dia sengaja atau tidak, tapi sentuhannya itu begitu nikmat kurasakan. Jarinya sesekali menekan bibir vaginaku. Aku mendesah pelan. Pijatannya diulanginya terus menerus di area bibir vaginaku. Semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Jono, sambil penasaran tapi malu. Pak Jono semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah basah dengan ledir. Aku mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Jono. Dan Pak Jono membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak Jono mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut... astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan kepala rudalnya jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besarnya.
Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Fantasiku semakin meningkat. Perasaanku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol. Pak Jono kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suamiku bangun karena mendengar jeritanku. Sambil mengocok vaginaku, Pak Jono menciumi pipiku. Pelan-pelan, lalu mengecup bibirku, semakin lama dia semakin ganas menciumku dan aku pun terangsang berat. Kemudian dia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian dia menekan lagi.
“Aduhhh...” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.
Tekanan kedua kalinya juga tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian dia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengekngok. Pak Jono dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuhku. Dan aku mengakhiri pijetannya. Kemudian aku membangunkan suamiku. Pak Jono pun pamit pulang karena memang sudah larut malam. Kemudian aku mengajak suamiku masuk kamar, aku sudah tidak tahan. Barang suamiku juga mengeras tidak seperti biasanya. Kini aku menyalurkan birahiku dengan suamiku sambil membayangkan disetubuhi Pak Jono. Malam itu aku benar-benar merasakan puncak orgasme yang luar biasa tidak seperti biasanya, juga suamiku.
“Ma.. Malam ini tidak seperti biasa ya... Urutan Pak Jono memang luar biasa membuat kita benar-benar mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa. Kita minggu depan urut lagi ya, ma...” kata suamiku.
Hari-hari ku selalu muncul bayangan: Kalau malam minggu depan suamiku tidak ada di rumah, aku akan menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke lobang vaginaku. Aku membayangkan barang Pak Jono yang besar dimasukkan sambil memelukku, menciumiku dan menggenjotku. Membayangkannya saja sangat nikmat apalagi benar-benar dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau lobangku nanti robek dan lobang rahimku jebol. Kini malam minggu datang, hatiku berdebar-debar membayangkan sesuatu yang besar dan panjang, membayangkan lobang vaginaku membengkak lebar, dan rahimku diterobos barang besar. Pak Jono datang memakai pakaian yang serasi, nampak sangat gagah dan manis. Ketika suamiku ngobrol dengan Pak Jono telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajaknya ke luar kota untuk mengurus bisnisnya.
“Ya nanti setelah dipijat” jawab suamiku.
Malam ini aku semakin yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Jono.
“Ma.. papa nanti setelah dipijet akan pergi ke luar kota” kata suamiku padaku.
“Jadi, mama tidak usah dipijet, habis tidak ada papa.”
“Tidak apa-apa pijet saja, Pak Jono orangnya baik, papa sudah percaya kok.”
Mendengar perkataan suamiku, hatiku girang karena sebentar lagi pasti aku disetubuhi oleh Pak Jono yang berhari-hari aku membayangkannya. Setelah suamiku selesai dipijat, dia mandi pun langsung pergi mandi. Dan Aku bilang pada Pak Jono, “Tunggu dulu ya pak, minum-minum dulu kopinya. Aku mau menyiapkan pakaian bapak untuk ke luar kota.” Setelah suamiku menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, dia pamit ke Pak Jono. Aku mengantarkan sampai pintu gerbang. Begitu suamiku berangkat hujan turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan bilang sama Pak Jono, “Tunggu dulu ya pak, aku pakaian dulu.” Aku memakai sarung dan kaos dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam. Begitu aku keluar, sorotan mata Pak Jono menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku membayangkan bahwa Pak jono duda selama 4 bulan, berarti dia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin dia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan sepuas-puasnya. Sekarang aku memilih kamar untuk dipijat di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh siapapun.
Aku mengajak Pak Jono ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali jeritanku, bunyi ciuman yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras. Kini aku berduaan dengan Pak Jono yang sama dengan ku mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Jono membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Dia meremas-remas pahaku. Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Jono membuka celananya. Rudalnya tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya mbesar sekali. Dia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah tidak tahan karena dari tadi sudah terangsang karena membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan. Dia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan pukul 23.00. Dia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.
“Pak, masukin.. aku sudah tidak tahan.”
“Aku juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi.” timpal Pak Jono.
“Aku juga pak.. Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Jono. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak kesakitan.”
Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.
“Bu.. lobang Ibu kecil sekali.” katanya begitu dia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.
Kini Pak Jono mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan dia menindihku. Aduh.. rasanya berat sekali. Dia mengarahkan rudal besar dan panjang itu ke lobang vaginaku. Dia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya dia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan.
“Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak ngimbang.” katanya merayuku.
Ketiga kalinya, dia mengolesi lobang vaginaku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku, dia campur dengan air ludahnya. Dia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian dia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras itu. Dia menekannya dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit kesakitan. Dia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.
“Ditahan sakitnya dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.” Aku mengangguk.
“Tahan ya Bu.. aku akan tekan lagi agar masuk semua.” bisiknya lagi.
Dia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit Pak...” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.
Blesss... Akhirnya barang itu masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa.
“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin ganaslah Pak Jono menggenjotku. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar biasa itu. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.
“Aahh.. uuuh.. uuh... aku.. aku mau keluar pak...”
Pak Jono menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Jono sangat kuat dan bertahan lama, dia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena Pak Jono meremas-remas kembali tetekku dan menjilati vaginaku, aku mulai terangsang lagi. Pak Jono menyuruhku nungging. Dia menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras, ceprok.. ceprok.. ceprok.. sambil dia mengelus-ngelus lobang anusku. Dia mengambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya ditusukkan ke lobang anusku.
“Aduh.. Aduh Pak..!” jeritku.
Tapi dia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Dia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.
“Enak Pak... Nikmat...”
Akhirnya Pak Jono menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, dia mengoles-oleskan kepala rudalnya ke lubang anusku.
“Hangat rasanya, nikmat Pak...”
Kemudian dia menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret.. cepret.. dia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu masuk. Dia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep dia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Dia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Semakin ganas dia menggenjot sampai aku meraung-raung dibuatnya. Akhirnya Pak Jono mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku. Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Jono sampai 4 kali hingga pagi.
Setelah kejadian yang pertama itu, aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak Jono karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak teman-teman. Pada suatu hari ketika aku duduk berjauhan dari tempat olahraga, aku melihat Pak Jono memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Jono memandangi aku, aduh.. aku rasanya malu sekali. Kemudian Dia duduk di sebelahku dan bertanya.
“Bagaimana Bu.. Masih terasa sakit dan ngilunya. Maafin aku ya Bu..”
“Enggak kok pak.. udah enggak.. Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Jono itu terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari.” jawabku sambil tersenyum malu.
Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suamiku, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku.
“Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.” kata suamiku
Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Jono.
“Pa.. besar dan panjang sekali anunya.. sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan ngerintih-rintih, sakit kali ya Pa..” bisikku pada suamiku.
“Tidak ma.. justru itu dia merasakan puncak kenikmatan.”
“Kalau punya Papa seperti itu asyik ya Ma..” bisik suamiku.
“Ah.. mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar...”
Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: “Mungkin punya Pak Jono seperti itu ya Ma..”
“Enggak tahu ya Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasaan terangsang.
“Ya soalnya dia pernah cerita sama papa.”
“Apa ceritanya Pa..?”
“Dia kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum dia cerai, isterinya sampai teriak-teriak. Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti mama, hayoo???”
“Papaaa.. kok isterinya Pak Jono dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.
“Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..”
“Papaaaa....” aku jadi terangsang oleh suamiku.
Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Jono.
Besok harinya aku semakin ingin dipijat lagi oleh Pak jono. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari lagi. Pikiranku selalu membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijat oleh Pak Jono. Aku masih terbayang ketika barang Pak Jono yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki lobang kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat ngilu dan nikmat. Aku masih terbayang waktu dia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. Belum hilang dari ingatanku barang yang kepalanya lebih besar dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok... Apalagi waktu barangnya dimasukkan di lobang anusku yang awalnya terasa sakit, lalu dengan pandainya permainan Pak Jono rasa sakit itu hilang berganti menjadi rasa nikmat yang sulit kubayangkan.
Kini tibalah malam minggu, malam yang kunanti-nantikan. Suamiku, sebagaimana biasanya, mempersilahkan Pak Jono masuk. Sebelum memulai memijat, Pak Jono ngobrol dulu dengan suamiku. Sementara itu aku membuatkan kopi untuk mereka berdua. Tak lama kemudian suamiku mulai dipijat. Sedang enak-enaknya dipijat, tiba-tiba ada telpon dari Bosnya. Aku pun memanggil suamiku. Setelah berbicara di telepon beberapa lama dengan bosnya, dia berkata padaku bahwa dia diajak ke luar kota untuk urusan bisnis. Lalu dia memberiku uang agar diberikan ke Pak Jono nanti setelah aku selesai dipijat. Dalam hati sebetulnya aku merasa sangat terangsang. Pikiranku membayangkan bahwa aku dan Pak Jono sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang kenikmatannya sulit aku bayangkan.
Setelah selesai diurut, suamiku mandi, sementara aku mempersiapkan pakaian untuknya. Aku mengantarkan suamiku sampai di pintu melepas keberangkatannya. Setelah itu aku menutup dan mengunci pintu. “Sebentar ya Pak, teruskan dulu minum kopinya, aku mau ganti baju.” kataku pada Pak Jono. Aku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar biasa. “Gaya apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Jono terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku. Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Jono. Pak Jono tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang dia pahami maksudnya.
Kemudian Pak Jono mengajakku ke kamar tempat pijat biasanya. Sepertinya Pak Jono sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Jono tidak memijatku seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelorah. Dia menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Dia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Dia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi.
“Pak.. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF.” rintihku.
Pak Jono dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.
“Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?”
“Laki-lakinya seperti Pak Jono, barangnya sangat besar dan panjang. Dia dengan ganasnya menyetubuhi perempuan Jepang sampai berkali-kali. Perempuannya merintih-rintih, lalu dia tergeletak lemas dan memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Jono.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan Jepang itu.”
Kemudian Pak Jono membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Jono dengan mudah membuka sarungku. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Dia mengangkangkan kedua kakiku, lalu dia menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak. Pak Jono membuka baju kaosnya dan celana serta CD-nya. Barang Pak Jono luar biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian dia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Jono yang siap menerjang lobang kemaluanku. Pak Jono merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan di antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak.
Kini Pak Jono sudah tidak sabar lagi, aku pun juga. Pak Jono menindihku.
“Aduh Pak.. berat sekali badan Bapak.” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.
Pak Jono mengangkangkan pahaku seperti bentuk V. Dia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya. Begitu banyak Pak Jono meludahi lobangku sampai meleleh ke lobang anusku. Pak Jono mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Dia menekannya, pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.
“Aduh Pak.. Pelan-pelan Pak...” jeritku.
“Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Jono berbisik dengan suara terengah-engah.
“Nanti Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”
Ketika dia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Bleees.. Kemudian dia menindihku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Dia mulai menggenjotku. Mula-mula dia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Rasanya ngiluh dan sakit, dia sambil memelukku dengan gemes dan ganas.
“Aduh Pak...!” aku berteriak kecil.
Dia terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan keras. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit. Sroot... Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Jono kuat sekali, dia belum juga orgasme.
“Udah dulu Pak...” kataku dengan suaraku terengah-engah.
“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakang ibu.” bisiknya padaku.
Aku mulai tengkurep, dan Pak Jono mulai menindihku dari belakang. Dia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh enak sekali rasanya. Kemudian dia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Dia menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah cair hangat di dalam lobang anusku. Aduh.. nikmat sekali.. walaupun baru saja aku mencapai orgasme.
Aku dan Pak Jono menjalani hubungan terlarang ini sampai sekarang tanpa diketahui oleh suamiku. Kadang-kadang Pak Jono pura-pura datang bertamu hanya untuk bertemu dan menyodok lobang vaginaku.