BOCA88 - Aku bekerja di Semarang, ditengah lingkungan kerja yang kebanyakan perempuan. Aku berumur 35 tahun tetapi belum menikah dan sudah punya pacar yang jauh tempatnya. Istri bossku itulah yang merenggut keperjakaanku.
Suaminya affair dengan seorang perempuan marketing dari Jakarta. Memang aku kalau melihat istri bossku, aku jadi kasihan. Walau sudah punya 3 anak tapi kulihat akhir-akhir ini dia makin tambah seksi terutama kedua buah dadanya yang membesar. Aku tahu dia ikut fitness rutin dan body building di salah satu sanggar senam. Mungkin untuk mengimbangi WIL suaminya yang memang sangat seksi dan suaranya kalau telepon, minta ampun, merdu sekali. Makanya bossku sampai klepek-klepek seperti burung tak berdaya. Bossku orang yang sangat kasar, selalu menang sendiri dan otoriter pada istrinya. Tidak malu dia memarahi istrinya di depan karyawannya. Tapi anehnya aku cukup dipercaya. Itu dibuktikan ketika bossku suka cerita soal keluarganya, anak-anaknya juga. Aku yang paling dipercaya boleh masuk di rumah, bahkan di ruang pribadinya. Wah, hebat sekali. Kapan aku bisa punya kamar seperti kamar bossku, tempat tidur yang lux dan enak sekali.
Aku bekerja di kantor, di bagian ekspor dan komputer. Soal komputer aku paling pandai. Komputer inilah yang membuatku lebih dekat dan mendekati wanita yang paling cakep dan seksi di kantorku. Terus terang aku sekarang punya affair dengan manager keuangan, paling cantik dia di kantorku. Seksi? Bolehlah. Tapi aku sangat ingin menikmati seks dengan Sasa. Wuah, aku suka membayangkan menggumuli tubuhnya yang seksi. Apalagi kalau aku melihat dari belakang. Paling membuatku tidak tahan. Habis, Sasa punya pantat yang aduhai sangat merangsangku. Apalagi kalau dia memakai celana panjang. Wuah.. kontolku ini tegang minta ampun sampai maksimum (16 cm dengan diameter 3.5 cm). Aku suka membayangkan melakukan senggama dengannya dari belakang dengan posisi nungging.
Aku juga ingin menikmati seks dengan adik ipar istri bossku, Nina. Aku terobsesi menikmati tubuhnya yang sangat seksi. Adik ipar bossku ini lebih seksi segalanya dibandingkan Sasa dan Ima (manager keuangan). Kalau ke kantor.. wah selalu berpakaian seksi dan ketat. Tubuhnya yang memang berbodi gitar spanyol, buah dadanya besar, ukuran 36D. Wah aku ngiler kalau dia menemuiku dan bicara soal internet dan komputer. Aroma tubuh dan polah tingkahnya sangat menantangku. Aku juga ingin menikmati tubuh Nia. Nia karyawan di bagian pemasaran. Aku baru sampai pegang-pegangan tangan saja dengan Nia. Rambutnya sebahu, aku paling suka dengan kedua buah dadanya yang besar juga.
Dengan Ima, aku baru sampai pegang paha dan cubit bagian atas buah dadanya dan dia diam saja atau membalas manja kalau kami naik mobil. Dengan Sasa, aku baru sampai pada tahap pegang-pegang tangan dan pinggang ketika aku mengoreksi pakaiannya yang seksi (padahal aku pengen memegang pinggang dan tubuhnya) tiga minggu lalu, Sasa adalah pragawati di kantorku. Tapi bak durian runtuh, aku malah bisa menikmati tubuh istri bossku yang tak pernah kuduga.
Dengan kekasihku sekarang, aku belum pernah melakukan hubungan seks. Paling bercumbu sampai aku telanjang dan dia tinggal CD-nya saja. Kuharap ini kekasihku yang terakhir. Terus terang aku ingin menikahinya. Makanya aku tahan seksku padanya sampai pernikahan nanti.
Dua bulan lalu, kira-kira jam 9 malam, aku ditelepon istri bossku untuk menemuinya di hotel Santika. Dari suaranya, pasti ada masalah dengan suaminya. Hampir jam 10 malam aku baru sampai di lobby hotel. Dari lobby, aku kontak istri boss ku (namanya Lisa) dan dia menyarankan aku lewat lift dari basement dan langsung masuk ke kamarnya. Aku turun ke bawah (basement) dan dari sana aku dengan lift naik ke lantai 6. Aku memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Bu Lisa sendiri yang memakai kaos dengan bukaan rendah dan celana pendek. Wah, aku terkesiap melihat bukaan dadanya yang makin montok sehingga membuatku berpikir yang bukan-bukan dengannya. Di kantor, kalau aku menghadapnya (Bu Lisa juga direktur keuangan) aku seolah dibiarkannya melihat belahan dadanya. Bukannya ditutup (mestinya bisa) dengan blazernya, tapi blazer diregakkan saja dan dibuka lagi seolah membiarkan kedua belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya putih agak kecoklatan dengan leher panjang. Wah.. aku menelan ludahku sendiri.
Aku dipersilahkannya masuk dan duduk.
“Dimana Boss Edward (suaminya), Bu..??” kataku.
“Ooo suamiku ke Jakarta” katanya.
“Ada apa sih Ibu kok malam-malam panggil saya?” Tanyaku.
Bu Lisa mengambil dua minuman coke dan mematikan TV kemudian duduk di kursi (dia menariknya ke arah tempat tidur) agak menghadapku. Bu Lisa memberikan Coke tersebut padaku dan aku minum hampir setengahnya. Bu Lisa mulai gelisah dan aku bertanya lagi, “Ada apa Bu?”. Dengan menahan tangis Bu Lisa menceritakan WIL suaminya yang di Jakarta. Bu Lisa memang sudah tahu perselingkungan suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Aku pesan agar Edward hati-hati. “Kurang apa sih aku ini” katanya. “Aku istri baik, memberikan padanya tiga anak” Bu Lisa menikah sangat muda dengan bossku dan telah memiliki tiga anak. Anak yang bungsu sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan membuat tubuhku tambah seksi” katanya melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku punya WIL, aku dibiarkannya merana dua tahun terakhir ini” lanjutnya sambil menangis.
Aku terpaku mendengar itu semua, tidak tahu apa yang harus kukerjakan. Apalagi ketika dia tambah menangis keras. Kedua tangannya menutup wajahnya yang tertunduk. Wah, untung ruangannya kedap dan terkunci. Lalu kutarik kursiku dan duduk lebih dekat dengannya, di depannya.
“Bu...” kataku memecah kesunyian. “Ibu Lisa sabar ya? Pasti ini akibat Puber ke dua” kataku. Aku memberanikan memegang pundaknya dan kepalanya. Ibu Lisa terdiam mendengar perkataanku seolah membenarkan. Bosaa Edward usianya 45 tahun, Ibu Lisa 37 tahun usianya. Jadi kupikir puber kedua setelah membaca buku psikologi yang pernah kupelajari.
Bu Lisa memandangiku sebentar dan kemudian meledak tangisnya dan ya ampun, dia merebahkan kepalanya di pahaku. Aduh, mati aku. Aku nggak bisa menahan sesuatu yang bergerak mengeras di balik celanaku. Kuelus lagi kepalanya dan beberapa nasehat meluncur dari mulutku sementara pikiranku macam-macam. Apalagi aku bisa melihat belahan pungungnya (karena pakai kaos rendah). “Kok nggak pakai BH” batinku. Kuraba kepala dan pundaknya, kulihat tangisnya mereda walau belum selesai benar. Karena aku tidak tahan dengan birahi di dadaku, aku telusurkan saja tanganku ke arah punggungnya yang terbuka bagian atas. Aku saat itu sudah sangat sengaja melakukannya dengan takut-takut. Oh my God, Bu Lisa diam saja ketika aku melakukannya. Kuelus leher belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan mengangkat kepalanya dengan memegang kedua pipi dan telinganya dari samping. “Bu Lisa” kataku sambil mata kami berpandangan. Kuambil sapu tanganku dan kuusap air mata di wajahnya. “Bibirnya bagus sekali” pikirku. Ini kali pertama aku melihatnya sedekat ini, apalagi dia adalah direktur keuanganku. Kami berpandangan dan ya ampun, dia memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Aku ingat kekasihku kalau kami mau bercumbu, dia pejamkan matanya dan bibirnya dibuka sedikit.
Kasihan Bu Lisa, aku pikir pastilah suaminya sudah lama sekali tidak menjamahnya, menyetubuhinya. Karena kesempatan itu datang, kuraih saja bibir Bu Lisa. Kukecup beberapa kali sebelum akhirnya aku mengulum bibirnya dan Bu Lisa membalasnya. Oh God, aku dapat durian runtuh malam ini. Pikiranku sudah dipenuhi dengan birahi dan ingin menikmati tubuh Bu Lisa di Hotel Santika malam ini. Ahh, lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya, lidahku menari-nari. Kutelusuri lehernya yang panjang dengan mulutku sementara tanganku memegangi tangannya, meremasnya. Ahh, Bu Lisa kegirangan menyambut cumbuanku. Dia pasrah. Apalagi ketika tanganku mulai merambati pinggang dan menggapai kedua bukitnya, kuelus dari luar kaosnya yang tanpa BH itu. Aku menikmati sementara mulutku menelusuri lehernya dan turun lagi memutari dada atasnya. Cik Ling mendesah-desah dan mendesis kegirangan. Lalu kami berdekapan, kutuntun Bu Lisa ke arah tombol musik yang tersedia dan kuraih chanel yang tersedia di hotel. Kami berdekapan lama sambil berdiri mengikuti irama musik instrument.
“Aku milikmu Jo, malam ini.” kata Bu Lisa memecah kesunyian. Aku dipanggilnya dengan Jo, seperti yang biasa dia lakukan di kantor. Dia berkata begitu sambil tangannya melepas celanaku, bajuku dan semua yang melekat padaku. Aku telanjang di depannya. Didekapnya aku, diraba dan elusnya kontolku yang sudah mengejang keras.
Jantungku serasa lepas. Lalu kami bercumbuan lagi. Aku membalikkan tubuhnya dan kucumbui Bu Lisa dari belakang. Mulutku menelusuri lehernya, punggungnya, pipinya, telinganya dan dilingkarkannya tangan Bu Lisa di kepalaku, kulumat bibirnya. Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut dan membuat gumpalan itu makin mengeras. Bu lisa menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan. Ahh, pemandangan yang indah kulihat. Kulepas kaos merahnya dan betapa indahnya kulihat buah dada Bu Lisa, masih kencang dan cukup besar, putingnya berwarna coklat sangat ranum dan membuatku lebih terangsang untuk memetik kedua buah dadanya yang siap panen dan kunikmati dengan mulutku.
Kubiarkan Bu Lisa menikmati sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Bu Lisa membiarkan aku meremasi lembut kedua buah dadanya. Kulihat Bu Lisa memejam dan menggeliat-geliat melengkung ke depan. Aku ingin menelanjanginya. Kuraih celana pendeknya dan kulorotkan ke bawah, Cik Ling melepas sendiri. Aku sekarang melihat gundukan di balik celana dalamnya. Kujlati gundukan itu dan Bu Lisa bertambah menikmati dengan desah dan geliatnya.
“Basah ya Bu” kataku.
“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku sangat menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan aku ingin kau membuatku terpuaskan Jo. Ayo lakukanlah..” Pinta Bu Lisa dengan manja padaku.
“Tapi Buu.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku belum pernah melakukannya pada wanita.
Gelora birahi di dadaku memuncak dan kontolku sudah tidak tahankan lagi. Kupeluk erat Bu Lisa dan membiarkan kepalanya bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Bu Lisa ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya. Kukecup telinganya dan Bu Lisa sangat menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Bu Lisa berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi. Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya. Ahh, aku sangat menikmati kedua buah dadanya. Kusedot lembut putingnya dan membuat Bu Lisa membusungkan dadanya sehingga aku semakin leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin membuat birahiku meledak-ledak. Kupangguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua putingnya bergantian dan membuat tubuh Bu Lisa makin menggeliat dan akhirnya aku tidak kuat lagi menahan tubuhnya, kubiarkan terjatuh di tempat tidur.
Kubiarkan Bu Lisa makin ke tengah tempat tidur, aku memandangi tubuhnya yang indah. Bu Lisa membuat gerakan-gerakan yang menandakan letupan birahinya sehingga membuatku sangat terangsang. Apalagi ketika dibukanya kedua kakinya dengan diangkat pahanya. Betapa menggairahkan. Kulihat vaginannya di tumbuhi bulu hitam di puncak selangkangannya. Malam ini, pastilah akan menjadi malam pertamaku menyetubuhi wanita dan Bu Lisa lah yang akan membuatku tidak perjaka lagi. Ini tekadku malam ini. Aku ingin memberinya kesan dan sensasi yang mendalam tentang diriku.
Kudekati tubuh Bu Lisa dari samping. Tangannya menarikku. Kucumbui Bu Lisa lagi. Aku mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati kedua bukitnya dengan leluasa dan tanganku menggapai kedua kakinya menelusuri liang vaginanya, membuat Bu Lisa menggeliat mendesah lagi. Kutelusuri perutnya akhirnya aku sampai di liang vaginanya. “Oh, wangi sekali” pikirku. Tapi belum sempat aku bertindak lebih lanjut, diraihnya kontolku dan dikulumnya. Aku mendesis kenikmatan. Disedotnya Kontolku hingga masuk penuh di mulutnya. Ohh, ini pertama kali mulut wanita mengulum batang kejantananku. Betapa nikmatnya sampai aku hanya bisa berkata “Ooohh Buu.. ahh..” dan pinggulku bergoyang-goyang mengikuti sensasi yang Bu Lisa berikan dikontolku.
“Oooh Bu, saya nggak kuat, mau keluar Bu,” kataku.
Tapi tak ada sahutan. Yang ada hanya hisapan dan kuluman yang makin membuat kontolku mengeras. Aku mencoba menahan diri dengan menikmati liang vaginanya dengan mulutku. Akhirnya aku tidak tahan dan kumuntahkan sperma hangatku penuh di dalam mulut Bu Lisa. Aku terdiam.. inikah namanya orgasme? Kulihat Bu Lisa sangat menikmati apa yang baru saja terjadi.
“Thanks ya Bu,” kataku. Dia hanya tersenyum tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Bu Lisa dan aku sangat suka menikmati kedua buah dadanya dengan putingnya yang ranum. Hal ini membuat Bu Lisa bergelinjang kenikmatan.
Kalau mulutku memaguti dan menggulumi puting yang kiri, tangan kiriku meremas dan memilin puting yang kanan, begitu sebaliknya. Aku seperti bayi yang menikmati ASI dari samping. Kulihat gerakan kakinya yang merangsangku. Lalu sambil mulutku mengulum putingnya, kujulurkan tanganku menggapai liang vaginanya. Bu Lisa makin menikmati permainanku ini. Kuelus vagina dan sekitarnya, membuat gerakan kakinya membuka lebar, semakin lebar menantiku menyetubuhinya. Kurasakan liang vaginanya yang makin membasah dan akhirnya ketika kedua kakinya masih mengangkang, aku bergerak dan berada diantara kedua kakinya. Kupandangi liang vaginanya dan kunaikkan kaki kirinya, aku menciumi pahanya lembut lalu ke bawah dan akhirnya aku mencumbui liang vaginanya. Kepalaku diremas-remas dan ditekannya, kudengar geliat dan desahnya makin menjadi-jadi. Kedua kakinya terbuka lebar di depanku. Aku sangat menikmati vaginanya yang menganga didepanku. Ini kali pertama aku mencumbui liang vagina wanita. Aku mulai merasakan cairannya dan membuatku makin terangsang dan Bu Lisa memintaku agar aku segera menyelesaikannya.
Ditaruhnya kedua kakinya di pundakku dan kontolku yang sudah kembali menegang kutuntunnya memasuki liang vaginanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan kuputarkan di seputar liang vagina Bu Lisa yang membuatnya melenguh kenikmatan sejadi-jadinya. Aku memasukkan lagi dan lebih dalam lagi dan akhirnya tertanam penuh di liang vagina Bu Lisa. Kupegangi kedua tangannya, aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan di sekeliling batang kontolku, lalu kugoyangkan lembut sementara mulutku menikmati kedua puting susunya bergantian. Aku terus menggoyang lembut di seputar dinding kemaluannya. Aku merasakan Bu Lisa mau orgasme. Kupercepat goyanganku dan kudengar suara teriakan tertahan, tubuh Bu lisa mengejang dan menjepit kontolku kuat-kuat. Seketika itu aku merasakan spermaku mau keluar lagi. Akhirnya aku menikmati saat akhir yang sangat menggairahkan. Bu Lisa mencapai orgasme, juga aku. Aku merasakan sangat kenikmatan. Aku tidak perjaka lagi.
“Thanks ya Bu” kataku. Kukatakan itu ketika aku mengecup telinganya, bibirnya, dahinya dan menelusuri lehernya juga dadanya yang meninggalkan warna kemerahan. Tangannya masih agak menggelepar di kanan kiri seperti pelampiasan birahinya.
“Bu, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita” kataku melanjutkan. Bu Lisa tersentak dan aku meyakinkannya.
“Bu lisa lah yang merenggut keperjakaanku malam ini” kataku sambil mengecup dahi dan pipinya. Aku dipeluknya erat dan aku membalasnya.
Malam itu aku tidur di hotel sampai pagi dengan kehangatan tubuh Bu Lisa di pelukanku. Rasanya tubuh Bu Lisa menjadi selimut hangat buatku. Pagi-pagi aku pulang ke rumah dan masuk kerja seperti biasanya walau aku merasa ngantuk. Tapi aku minum obat penambah stamina agar tidak ngantuk dan terbukti cukup kuat menahan rasa kantukku. Apalagi juga dengan kedatangan Bu Lisa. Senyumnya sungguh beda. Aku suka. Dan lagi-lagi aku sangat tertarik dengan kedua buah dadanya yang pagi itu nampak lebih mempesona buatku. Bu Lisa sepertinya bangga. Aku diteleponnya dari ruangannya dan berkata terima kasih dan senang karena dapat membuatku tidak perjaka lagi.
“Gila!” Pikirku. Pengalaman dengan Bu Lisa membuatku makin terobsesi menikmati tubuh gadis dan istri orang di kantorku. Aku ingin menikmati tubuh Sasa. Aku ingin menyetubuhi Ima, Nia dan Nina adik ipar Bu Lisa.
Ketika aku menulis tulisan ini, aku sudah makin jauh dengan Nia. Dia istri Mas Budi. Aku ingin menikmatinya. Dan sudah kurencanakan di hotel dekat dengan rumahnya. Aku sudah belikan dia lingerie hitam untuk dipakai nanti dan dia menerimanya dengan suka hati. Ada hotel berbintang disana.
Sementara dengan Bu Lisa, aku masih terus berhubungan. Yang paling gila adalah aku menyetubuhinya di rumahnya sendiri, di sofa di ruang multimedia. Dia memanggilku ke sana saat suaminya ke luar negeri dua minggu lalu. Karena memang aku pandai komputer dan multimedia. Jadi Bu Lisa memakai alasan itu. Aku menyetubuhinya berkali-kali dan Bu Lisa mengajariku berbagai posisi. Aku suka posisi doggy style, padahal sudah kurencanakan mau kuterapkan nanti untuk Sasa...